Menurutnya, industri logistik di Indonesia masih banyak didominasi oleh inbond yang kontirbusinya mencapai 60% dibanding dengan outbond yang 40%. Meskipun begitu, ekspor Indonesia juga masih bagus. Meski, kini pasar Amerika dan Eropa memang cendurung menurun, tetapi untuk market Asia justru semakin naik. Beberapa negara tujuan ekspor Indonesia antara lain, Cina, Jepang, Korea, dan Timur Tengah memberikan kontribusi yang menarik di bisnis logistik.
Kalau dulu, tren bisnis lebih pada freight forwarding, dua tahun belakang trennya lebih banyak ke distribusi, yaitu warehousing dan trucking. Dijelaskannya, 10 tahun lalu outsourcing logistik baru dilakukan perusahaan asing. Sekarang semakin banyak perusahaan lokal yang menawarkan jasa logistik.”Meski banyak pemain lokal baru yang muncul, namun karena size bisnisnya masih besar sehingga tidak terlalu berdampak,” jelas Zaldy.
Zaldy menguraikan, ada beberapa kategori perusahaan yang menyediakan layanan jasa logistik. Pertama, kategori Basic Service yang hanya menawarkan satu jenis layanan dan kerap disebut Logistic Service Provider (LSP), yaitu jasa pengelolaan warehouse, jasa kurir dan lainnya. Adapula istilah Three Partit logistic (TPL) yang bekerja sama dengan pihak lain membangun aktivitas logistik. Misalnya ada perusahaan jasa transportasi berkolaburasi dengan perusahaan warehouse dan forwarding untuk satu proyek pengiriman barang sampai pengelolaan gudang.
Selain itu, ada perusahaan yang namanya Lead Logistic Provider (LLP). Seluruh proses logistik ditangani oleh satu perusahaan ini. Untuk seluruh proses logistik sampai supply chain menjadi tanggungjawabnya. Namun, dalam eksekusinya perusahaan ini mensubkontrak pekerjaan kepada pihak lain. Ada juga yang eksekusinya sampai ke arah supply chain, istilahnya Adfordial. Mulai planning, sampai eksekusinya dijalankan perusahaan ini. “
Dalam era perdagangan bebas ini, boleh jadi persaingannya semakin membuat perusahaan lokal berupaya keras karena akan lebih kompetitif. Zaldy mengatakan, implementasi sistem teknologi informasi (TI) di perusahaan logistik lokal masih kalah dibanding dengan perusahaan asing. Ini terkait dengan investasi sistem TI yang tidak murah. Meskipun begitu, menurutnya anggota ALI sudah sadar akan pentingnya TI. “Buat customer juga ingin yang terintegrasi. Meski masih tertinggal dari perusahaan asing, bebrapa perusahan local sudah mulai menerapkan,” ujarnya. Zaldy mengatkan ada yang menarik selama dua tahun terakhir, di mana bisnis kurir semakin marak yang didorong oleh bisnis on line. Indonesia rupanya menunjukan peningkatan transaksi on line.
Industri logistik yang berhubungan dengan sektor pertambangan dan perkebunan juga atraktif. Beberapa perusahaan oil and gas, batu bara maupun kelapa sawit mulai banyak yang menggunakan outsourcing. “Dulu dikerjakan sendiri, namun menimbang efektifitas dan efisiensi mereka lebih memilih outsource. Cost-nya cukup tinggi, dan secara profit cukup bagus,” ujarnya. Perusahaan logistik yang bermain di sektor ini sudah banyak, tetapi bagi yang baru ingin masuk ke logistik ini ternyata tidak mudah. Butuh keahlian khusus dan investasi yang tidak sedikit.
Ke depan, Zaldy mengungkapkan, bisnis logistik akan terus tumbuh dengan melihat kondisi ekonomi Indonesia dan global yang bagus. Dia memperkirakan pertumbuhannya bisa mencapai 20%, namun yang menjadi permasalahan di Indonesia saat ini yaitu infrastruktur. Infrastruktur belum memadai untuk mengefisienkan proses kerja logistik. Seperti antrian panjang di pelabuhan yang berimbas ke masalah time management.
Sumber: http://swa.co.id/2010/09/ketua-ali-prediksikan-bisnis-logistik-akan-tumbuh-20/
Post a Comment